Jumat, 23 November 2012

Melambungkan angan tinggi jauh bersama kalian...

THE STORY BEGIN ....



Hi guys, my name is Wiwin Handayani and pls call me wiwin. Saya adalah seorang mahasiswi Jurusan Bahasa Inggris tingkat akhir di salah suatu Universitas di tangerang. Saya di sini hanya ingin berbagi sedikit kisah saya dengan kalian.Saya berasal dari Yogyakarta, dan sekarang saya tinggal bersama saudara saya di Tangerang untuk menyelesaikan study saya disini. Pasti kalian bertanya-bertanya kenapa gak kuliah saja di Jogja ? Bukannya di Jogja itu terdapat banyak Universitas yang bagus dan di sana juga terkenal dengan kota pelajar.Ya, benar !! tapi kuliah itu membutuhkan banyak uang dan saya bukan seorang anak konglomerat yg tinggal pilih kuliah dimana saja. Saya hanyalah anak seorang petani biasa, tapi saya bersyukur menjadi anak kedua orang tua saya. Makanya saya hijrah kesini untuk mencari kerja dan mengumpulkan uang agar bisa kuliah.Ok, langsung saja... 2010 adalah Tahun dimana aku harus benar-benar memilih untuk melanjutkan kuliah. Awalnya saudara menyuruh saya untuk masuk jurusan matematika untuk Saat itu belum ada kelas malam, dan akhirnya dosen bilang kalau di FKIP B. Inggris ada untuk kelas malam. Tanpa berfikir panjang akupun mengiyakan untuk masuk jurusan ini, karena aku juga menyukai jurusan ini dan paginya aku harus bekerja, lalu diteruskan malamnya untuk kuliah.Well... kita mulai cerita ini. Cerita ini tentang 4 sekawan yang enggak populer, enggak kaya, enggak bodoh-bodoh juga, super alay, tapi ga norak, intinya we're not perfect, tapi tetep banyak teman-teman dan orang-orang yang menyayangi kita.4 sekawan ini bernama Rukinah (Purwodadi), Ecka kartika (anak betawi nih...), Arnita Dewi Febriana (oliev) (dia keturunan jawa, Jogja, tp sunda juga) dan tentunya aku sendiri Wiwin Handayani (wong jowo alias Orang Ngayogyakarta Hadiningrat alias Jogja). Asik banget kan pertemanan kita, walaupun suku dan budaya kita beda, tapi tetep Bhineka Tunggal Ika. Aku enggak sengaja menemukan teman-teman seperti mereka, haha....Nah.... ini ceritanya kenapa aku bisa kenal dan bersahabat sama mereka sampai sekarang. Dari yang pertama mbak rukinah, aku enggak sengaja ketemu dia di loket pembayaran FKIP, dan akhirnya kita kenalan, ternyata dia orang jawa juga. Mbak ruki itu orangnya dewasa, pintar, asik dan selalu memberikan wejangan sama kita.Awal masuk kuliah perdana lumayan asyik dengan teman-teman baru dan suasana kampus yang nyaman. Seminggu kemudian aku dikenalkan mbak ruki dengan ecka. Awal pertama ketemu dia, em... si ecka rada sedikit sombong dan pendiam, tapi setelah kenal lebih jauh ni ma dia, asli.... orangnya gokil banget melebihi pelawak di tv (haha...sedikit lebay ya?). Sedangkan ecka itu orangnya baik, pintar, gokil and so on...And the last... arnita (Olive alias olip) aku kenal dia, juga karena mbak ruki lagi yang mengenalkan kami sama dia. Aku mengenalnya saat setelah UTS, karena olip pindahan dari kelas siang. Olip itu... sedikit manja, panikan dan suka nyubitin kita. Gilla.... cubitan dari dia paling sakit dari cubitan apapun, tapi orangnya baik, kita juga ngerti dia paling muda diantara kita.Kehebohan-kehebohan yang sering kita lakukan didalam kelas itu banyak banget, salah satunya jika ada dosen yang bikin kita ngantuk dengan pelajarannya, kita selalu chat with BBM (Boro-Boro Messenger). BBM ini bukan sejenis smartphone atau gadget canggih lainnya. BBM ini adalah kertas kosong yang kita isi percakapan kita, karena kalau pakai handphone nanti ketahuan dosen dan kita juga enggak punya gadget canggih seperti sekanrang ini yang udah membludak kemana-mana. Dengan BBM ini kita bisa nulis apa aja semau kita, ngritik orang, ngejudge siapa aja, tapi tetep dalam hal yang positif. Pokoknya Boro-boro Messenger ini lebih seru dari gadget-gadget canggih lainya, karena enggak perlu isi paket internet dan beli pulsa. pakai kertas bekas pun jadi... !!Kehebohan ini enggak cuma dikampus aja, tetapi diluar juga. Saat kita hang out, kita enggak perlu ketempat yang mewah atau cetar membahana, tetap disesuaikan dengan isi kantong kita, ya....maklumlah, mahasisa...hehe...Karena kondisi seperti inilah yang selalu membuat kita kompak. Kita menyukai tantangan dan petualang, bukan tempat ramai yang banyak hingar-bingar kemewahan, karena kita sangat mencintai alam yang natural ini beserta isinya, sama dengan persahabatan kita yang natural. Karena dengan hobby kita yang sama, kita lebih mudah untuk memecahkan masalah dalam kondisi apapun.Walaupun hobby kita cenderung sama, tapi kita mempunyai cita-cita berbeda. Mbak rukhi mempunyai cita-cita menjadi seorang tentara (WOW ngeriiii), tapi saat ia gagal kemudian mba ruki bangkit dan merubah cita-citanya ingin menjadi seorang guru yang membangkitkan semangat nasionalis kepada setiap anak didiknya. Kemudian ecka ingin banget menjadi seorang writer. Sedangkan olip sendiri mempunyai cita-cita sebai seorang Dubber atau pengisi suara dalam film kartun. Dan yang terakhir aku (wiwin) yang mempunyai cita-cinta menjadi seorang Tour Guide.To be continue.....
*********************************************************************************

Season 2: "Chasing The Dream"


Well... langsung saja, kenapa saya menulis kelanjutan cerita di blog ini dengan judul "Chasing The Dream" ?
Karena mengejar sebuah impian itu tak semudah membalikkan telapak tangan kita. Kita berempat memang punya impian yang tinggi, benar-benar tinggi bahkan mencapai langit ke-7.
Disini saya akan menceritakan tentang kisah kami dalam kerjaan.
Semester awal kuliah, saya bekerja di salah satu perusahaan lampu di tangerang tepatnya menjadi seorang buruh pabrik (operator). Saya bekerja 3 sift (sift pagi dari jam 07:00 - 15:00 , sift siang dari jam 15:00 - 23:00 , dan sift malam 23:00 - 07:00). Dari ketiga sift tersebut, hanya sift 2 (siang) saya ga bisa masuk kuliah, karena jam kerja dan jam kuliah bentrok. Alhasil setiap sift 2 saya terpaksa bolos.
Menjadi seorang buruh pabrik sangat capek, apalagi di salah satu perusaan lampu yang kerjanya di dekat api. Capek dan panas yang saya rasa. Apalagi kalau sift 3 (sift malam), setelah pulang kuliah saya harus langsung ke tempat kerja dengan membawa baju kerja.Sesampainya di tempat kerja, belum ada 2 jam saya sudah teler, bener-bener ngantuk tingkat kabupaten. Mata rasanya kaya di lem pakai power glue, bener-bener susah melek. Tak henti-hentinya teman-teman saya melempar bolam lampu yg reject ke saya supaya saya bangun, tapi tetap saja ngantuk ini ga bisa hilang walaupun saya bolak-balik cuci muka. Bahkan setter/leader saya selalu menegur saya. Saya hanya bekerja 1,5tahun di pabrik lampu ini. Setelah saya resign beberapa bulan kemudian saya bekerja di salah satu perusahaan di tangerang, perusahaan garmen sebagai salah satu secretary plus merangkap menjadi staff marketing. Dan bossnya adalah orang korea. Boss ini sungguh luar biasa galak. Setiap dia marah dia selalu memaki kami (para karyawan dan staff) dengan kata-kata yang kasar. Bahkan kami (staff wanita) terkadang di maki-maki dengan kata-kata yang kurang sernonoh dalam bahasa korea, saya tahu artinya karena teman saya bisa sedikit berbahasa korea, jadi dia yang menerjemahkannya.
Saya bertahan di perusahaan ini karena saya masih punya tanggungan kuliah, jadi saya harus bertahan dengan omelan-omelan boss ini. Tak hanya itu, orang tua saya adalah sumber kekuatan di saat semua masalah melebur menjad satu. Karena saya tingal dengan saudara saya tak jarang kami sering berbeda pendapat, salah faham dan ribut kecil. Terkadang kata-kata saudara saya itu sangat teramat tajam bak pisau belati, terasa tersayat-sayat hati ini. Tapi saya harus mempunyai hati seluas samudra dan setebal baja apapun omelan dari saudara saya, hanya saya masukan sebagai sebuah nasihat saja, karena jika saya masukkan ke hati omelan-omelannya lama-lama saya jadi sakit jiwa !!

Lanjut ke masalah kerjaan, saya hanya bertahan di perusahaan garment ini selama 1 tahun. Karena saya benar-benar tidak kuat dengan sistem kerja baru ini.
Setelah saya resign, saya menjadi jobless selama hampir 6 bulan dan saya tak henti-hentinya untuk apply CV ke sebuah sittus kerjaan di internet. Sehari bisa saya apply CV saya hampir 60 kali sampai mata ini berkunang-kunang dan jari keriting. bersama sahabat saya ecka. Entahlah... ada kutukan apa aku dengannya sehingga hari-hari kami cenderung sama alias idem ?!
Setiap selesai masak dan beres-beres rumah saya dan eka selalu smsan dan sms itu berisi sms dari operator yang kita forward. Coba kalian bayangin betapa sakit jiwanya kita, haha...
Suatu malam saat kami kuliah, kami berencana untuk mencari pekerjaan baru. Ecka mendapat tawaran pekerjaan dari temannya di sebuah kantor notaris di Alam Sutera , Serpong. Akhirnya ecka di terima bekerja disana. Waktu itu ecka memberi kabar lewat sms kepadaku kalau dia sudah bekerja di sana.
Waktu itu saya masih di angkot, ada panggilan interview di salah satu perusahaan. Sayapun senang mendengar kabar tersebut, lalu aku balas sms itu... "Alhamdulillah...selamat ya lay" .
Lay itu dari kata ALAY, panggilan sayang kepada sahabatku ecka, tapi panggilan sayang itu ga cuma lay saja ada "mblo" (yg artinya jomblo), dan "jones atau jons" (jomblo ngenes).
Setelah menyelesaikan interview yang pertama, langsung lanjut interview di serpong. Suasana siang itu terik dan panas sekali, terasa matahari kiat menurun. Akupun tak patah semangat menjalaninya. Di dalam angkot aku keluarkan botol air mineralku yang ku bawa dari rumah, aku meminumnya dengan pelan-pelan. Lalu aku ambil roti yg berada di dalam tas ku, roti yang aku minta dari warung saudaraku.
Sesampainya di tempat interview ternyata di sana terdapat banyak sekali pelamar-pelamar yang sudah berpengalaman dan sarjana. Akupun merasa pesimis saat berkenalan dengan pelamar wanita di sampingku yang bernama Sandra Sarjana Ekonomi di salah satu Universitas ternama di Jakarta, dia berpengalaman di semua bidang. Dari marketing, exim, senior secretary sampai jabatan terakhirnya GA. Setelah mendengar ceritanya, akupun tertunduk lesu. Mana mungkin aku bisa di terima di perusahaan ini ?
Tiba-tiba hp di dalam tasku bergetar. Aku buka sms dari hp bututku itu, ternyata sms dari Ibuku, begini smsnya: "mbak mau mamak tlpn ning bulek jare mbak wiwin ono panggilan krjo, sing semangat yo. mugo-mugo di terimo kerja" (re: mbak, tadi Ibu tlpn ke bulik (bibi) katanya wiwin ada panggilan kerja, yang semangat ya. Semoga di terima kerja). Setelah aku membaca sms itu tiba-tiba seperti ada sesuatu yang membuat aku merasa percaya diri.
kemudian tak lama namaku dipanggil oleh receptionist: "Wiwin Handayani... Seraya sambil melihat foto di CV ku"
Akupun lalu berdiri dan berjalan melintasi para sarjana dan para pelamar-pelamar hebat di sekelilingku. Ku tegakkan badan dan wajahkumenatap lurus ke depan dengan mantap, badanku, ku tegakkan bak para prajurit militer yg tegap membawa 30kg pasir di tasnya.
Setelah tes computer, lalu interview... Seperti biasa di cecar dengan banyaknya pertanyaan. Dengan semangat yang membara aku libas semua pertanyaannya dengan tatapan mata penuh keyakinan, serta jawaban yang mantap. Setelah pertanyaan selesai Manager tersebut memberi jabatan tangan kepada saya sangat erat sekali dan berkata "semua jawaban-jawaban anda luarbiasa". Saya hanya tersenyum dan berkata terima kasih pak atas kesempatannya... 


Selasa, 24 Juli 2012

Macbeth

MACBETH



William Shakespeare

Macbeth is another one of Shakespeare’s great tragedies, based on Holinshed’s Chronicles of England, Scotland, and Ireland. It was written around 1605 but was not published in the first Folio until 1623. It tells about the fall of the ambitious couple, Macbeth and Lady Macbeth. Macbeth is the tragic hero, a character who has a fatal (tragic)flaw within himself that he cannot change. He is not a bad person; he is just too ambitious. Macbeth is a story about the murder of a king by his brother, the revenge of a son (Macbeth), three witches who plot against Macbeth, and Macbeth’s rise and fall.
Macbeth is an interesting character to follow. As you read, you can see how he has changed. We first meet Macbeth as a brave soldier and later find him as a murderer who kills everyone who is in his way of the throne. Lady Macbeth is also a well-developed character. She is conniving and ruthless, though she does seem to have some humane qualities.
The play opens in Scotland. Macbeth and Banquo have defeated their enemies in battle, leading King Duncan to give the title of thane of Cawdor to Macbeth (who doesn’t know this yet). While Macbeth and Banquo are walking, they encounter three chanting witches. The witches speak to Macbeth as thane of Glamis, thane of Cawdor, and king hereafter. They also tell Banquo that though we will not be king, he will beget kings (i.e., his sons will be kings). Macbeth wonders about this prediction as the king’s messenger arrives. He tells him that he has been appointed thane of Cawdor. Macbeth is momentarily tempted to kill the king in order to fulfill the prophesy, but decides not to.
Lady Macbeth, however, urges her husband to kill the king. Since the king is staying at their castle overnight, that must be when they kill him. She plans the whole thing, making the king’s guards drunk. By using their daggers to kill the king and putting the king’s blood on them, Lady Macbeth will frame the guards. It is now time for Macbeth to stab the king. Though he has bad visions and feelings, Macbeth kills the king. Afterwards, he is troubled. "I am afraid to think what I have done; Look on ‘t again I dare not," he says.
The next morning, the murder is blamed on the guards. Macbeth kills them before they can protest, explaining that he killed them out of rage. The king’s sons, however, are still fearful for their lives and runaway. Macbeth is crowned king. Macbeth knows that Banquo is suspicious of him. When Macbeth learns that Banquo and his son are riding, he sends men out to kill them. They are only half successful in their job, and Banquo’s son escapes. Meanwhile, at Macbeth’s ball, the seat for Banquo is empty (because he’s dead). In the empty seat, the ghost of Banquo appears, frightening Macbeth to death.
Macbeth also learns that King Duncan’s son Malcolm and Lord Macduff are attempting to kill him. Unsure of what to do, Macbeth visits the three witches again. The witches, along with the moon goddess Hecate, have planned what they will tell Macbeth in order to destroy him. They prepare a brew, singing "Double, double, toil and trouble; Fire burn and cauldron bubble." When Macbeth arrives, they give him a false hope, telling him three things. First, beware of Macduff. Second, "none of woman born shall harm Macbeth." Third, Macbeth will not be conquered until Birnam wood comes to the hill of Dunsinane. They also tell Macbeth that Banquo’s descendents will become kings.
Macduff has left for England, so Macbeth sends people to kill his wife and children. In England, Macduff befriends the dead king’s son, after they are sure of the other’s loyalty.
Lady Macbeth has begun sleepwalking because her conscience weighs too heavily on herself. She tells about her crimes and the murder of the king, unaware that her doctor and waiting woman are watching her. She later dies, possibly from suicide.
The invaders from England have come to defeat Macbeth. The soldiers carry boughs from Birnam Wood in order to camouflage themselves. So, the witch’s prophesy of defeat when "Birnam forest come to Dunsinane" starts to become true. Macbeth then faces Macduff, but isn’t really scared. He has been told that he will not die from anyone woman born. But then Macduff tells him that he was not woman born; he was "from his mother’s womb untimely ripp’d" (C-section). When Macbeth realizes that he has been tricked, he gives up and is killed. Macduff decapitates him and King Duncan’s son becomes the new king of Scotland.
Macbeth: brave general under Duncan who becomes too ambitious after three witches prophesy that he will be King of Scotland. He turns to evil, killing the King, the guards, Banquo, and others. Macbeth dies at the hands of Macduff.
Lady Macbeth: vicious wife of Macbeth, even more ambitious than Macbeth. She convinces Macbeth to murder the King. Later, she becomes insane from her wrongdoings and sleepwalks. She dies.
Macduff: general, believes that Macbeth killed the King. His family is murdered by Macbeth; he later kills Macbeth.
Banquo: Macbeth’s friend and general, suspected Macbeth of killing the King. He is killed by murderers sent by Macbeth, though his son escapes.
King Duncan: King of Scotland, murdered by Macbeth who was one of his generals whom he had just promoted.
Malcolm: Duncan’s eldest son, runs away to England after he learns of his father’s murder in order to escape the same fate. Becomes King of Scotland at the end of the play.
The three witches: They tell Macbeth that he is to become King, leading him to evil. They also tell him that he will be defeated, but they disguise it in a way as to give him false confidence.
Hecate: moon goddess and goddess of the witches, directs supernatural occurrences. Makes plan to give Macbeth false security.
Donalbain: Duncan’s youngest son, runs away to Ireland after he learns of his father’s murder in order to escape the same fate
Ross: Macduff’s cousin, messenger who carries news to people like Macbeth and Macduff throughout the play.
Lennox: nobleman, suspicious of the murder of the king.
Seyton: Macbeth’s lieutenant.
Porter: watches Macbeth’s castle; when drunk, thought that he was the keeper of Hell’s Gates and that sinners were knocking at the door to be admitted.
Old Siward: Earl of Northumberland, ally of Malcolm and Macduff against Macbeth.
Young Siward: Old Siward’s son, killed by Macbeth in an encounter at the end of the play. 
Seyton: Macbeth’s lieutenant.
Porter: watches Macbeth’s castle; when drunk, thought that he was the keeper of Hell’s Gates and that sinners were knocking at the door to be admitted.
Old Siward: Earl of Northumberland, ally of Malcolm and Macduff against Macbeth.
Young Siward: Old Siward’s son, killed by Macbeth in an encounter at the end of the play.